Pada hari Senin, 13 September 2021 kemarin, Alhamdulillah aku berkesempatan untuk mengikuti talkshow bersama KBR yang bekerjasama dengan NLR Indonesia. Talkshow membahas tentang Gaung Kusta di Udara dengan narasumber dr. Febrina Sugianto (Junior Technical Advisor NLR Indonesia) dan Malika (Manager Program dan Podcast KBR).
Talkshow yang diselenggarakan pada jam 09.00-10.00 di Ruang Publik secara live di 100+ radio dari Sabang sampai Merauke untuk merayakan Hari Radio Nasional pada tanggal 11 September. Tema yang dipilih juga untuk meningkatkan literasi informasi yang baik untuk masyarakat. Sehingga informasi yang tidak valid atau HOAX di sekitar masyarakat dapat dicegah.
Karena penyakit kusta bukanlah penyakit kutukan dan dapat diobati. Untuk itu, kita perlu mengetahui dengan jelas tentang penyakit Kusta. Agar kita bisa membantu minimal dengan menjelaskan kepada orang di dekat kita jika ada yang mengalami penyakit Kusta.
Kasus Kusta di Indonesia
Seperti yang dijelaskan oleh dr. Febrina Sugianto, kondisi kasus Kusta di Indonesia tahun 2020 sebesar 16700 kasus. Kondisi ini termasuk menurun karena di tahun 2019 terdapat sebesar 17439 kasus Kusta. Tetapi, hasil penurunan kasus ini bisa merupakan kabar baik maupun kabar buruk.
Kenapa demikian? Karena jika ini adalah kabar baik, maka benar adanya bahwa kondisi ini merupakan hasil dari penurunan kasus. Sedangkan kabar buruknya karena skriming tidak bisa dilakukan secara rutin karena adanya pandemi sejak bulan Maret 2020.
Telah tercatat sebanyak 26 provinsi telah mencapai eliminasi penyakit Kusta dan 8 provinsi di Indonesia yang belum tereliminasi. Delapan provinsi itu adalah Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Terdapat 113 kabupaten/kota yang dilaporkan belum mencapai eliminasi Kusta dari 514 Kabupaten/Kota yang tersebar di 22 provinsi di Indonesia. Menurut data, kebanyakan kasus Kusta berada di luar pulau Jawa. Tetapi, tidak menutup kemungkinan sekeliling kita menderita penyakit Kusta.
Untuk kasus anak dikatakan masih relatif tinggi. Karena di tahun 2019 hanya sebesar 11% sedangkan di tahun 2020 sebesar 12%. Jadi, kita harus mengenali penyakit ini dan segeralah untuk berobat agar penyakit Kusta di tubuh tidak menjadi bertambah buruk.
Jenis Penyakit Kusta dan Perbedaannya
Menurut Alodokter, Kusta atau Lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta atau Lepra dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus Hansen.
Menurut dr. Febrina, penyakit Kusta sendiri ada 2 jenis, yaitu PB (Pausi Basiler) dan MB (Multi Basiler). Dan di Indonesia sendiri penderita kusta Multi Basiler ini yang sering ditemui. Inilah perbedaan dari kedua jenis kusta tersebut.
PB (Pausi Basiler)
- Terdapat lesi dengan jumlah yang sedikit sekitar 1-5 lesi saja. Lesi sendiri itu seperti bercak yang ada di kulit dengan warna lebih muda.
- Adanya hipegmentasi, yaitu kulitnya lebih cerah dari warna kulit di sekitarnya.
- Lokasinya A simetris, misalnya dibagian tubuh kanan saja atau di lutut kanan saja dan di teinga kanan saja.
- Ada mati rasa dibagian kulit yang berwarna cerah tersebut. Ketika disentuh tidak terasa karena fungsi saraf berkurang di area tersebut.
- Hanya mengganggu fungsi satu saraf saja dan tidak mengganggu fungsi saraf yang lain.
MB (Multi Basiler)
- Lesi lebih banyak, bisa lebih dari 5 karena kumannya lebih banyak.
- Lokasi Lesi menyebar, bisa dibagian punggung maupun di bagian tubuh lain.
- Distribusi simetris, jika ada disisi kanan ada juga disisi kiri dan tersebar merata
- Mati rasa tetap ada dan mempengaruhi lebih dari 1 saraf.
Kusta Itu Bisa Disembuhkan dan Bukan Kutukan
Banyaknya isu di sekitar masyarakat dan masih dipercayai sampai sekarang adalah bahwa penyakit Kusta adalah Kutukan. Kusta merupakan penyakit Kutukan dari dosa yang dilakukan di masa lalu. Ada juga sebagian komunitas yang mengucilkan penderita Kusta karena dianggap akan membawa kesialan bagi komunitasnya.
Tentu saja, persepsi ini adalah salah dan berita ini merupakan salah satu Hoax yang harus diluruskan. Karena jika hoax ini masih berlanjut, maka akan berefek buruk bagi penderita. Penderita atau pasien Kusta akan cenderung malu untuk keluar rumah dan untuk mencari pertolongan pun bisa jadi tidak akan dilakukan. Dan ini yang menjadi salah satu faktor tidak terdeteksinya kasus Kusta.
Ada juga masyarakat yang beranggapan bahwa Kusta itu menular dengan sentuhan. Ada juga yang beranggapan bahwa orang terkena Kusta karena mereka kurang menjaga kebersihan. Inilah beberapa HOAX yang tersebar di masyarakat dan beranggapan bahwa penyakit Kusta itu tidak bisa disembuhkan.
Persepsi ini sangat berpengaruh bagi penderita Kusta, karena mereka butuh pengobatan. Dan pengobatan penderita Kusta itu juga tidak sebentar. Jadi, suatu hal kecil yang bisa kita lakukan untuk penderita Kusta itu adalah support dan bukan dengan menjauhinya karena takut tertular. Karena sedikit support dari kita, itu adalah hal besar bagi mereka penderita penyakit Kusta.
So, buka kembali yuk pemikiran kita tentang Kusta! Kita bantu dan support mereka untuk sembuh :D.
Pengobatan Penyakit Kusta
Setelah mengetahui tentang jenis dan perbedaan penyakit Kusta, dan tau bahwa penyakit Kusta itu dapat disembuhkan. Lalu, bagaimana pengobatan penyakit Kusta? Sebenarnya, penyakit Kusta sendiri belum ada vaksinnya. Jadi metode pengobatan yang dilakukan dengan obat antibiotik.
Pengobatan Kusta disebut dengan MDT (Multy Drug Therapy). MDT ini adalah kombinasi obat yang berbentuk blister. Satu sachet obat tersebut berisi beberapa jenis obat yang harus diminum setiap hari. Pengobatan ini juga disesuaikan dengan kondisi penderita Kusta.
Untuk jenis Kusta PB (Pausi Basiler), obat setiap blister digunakan untuk 1 bulan. Dan diperlukan sebanyak 6 blister yang harus dikonsumsi untuk 6-8 bulan. Sedangkan jenis MB (Multi Basiler), pengobatannya sama satu blister untuk 1 bulan. Tetapi, jenis ini membutuhkan waktu yang lebih lama. Yaitu membutuhkan 12 blister dan harus dihabiskan selama kurun waktu 12-18 bulan.
Nah, ternyata butuh waktu lama untuk pengobatan Kusta itu sendiri. Dan dalam masa pengobatan, bisa terjadi reaksi Kusta. Reaksi ini bisa terjadi sebelum, saat, atau sesudah pengobatan. Jika terjadi reaksi, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter agar mendapat penanganan lain. Pasien juga harus sabar dengan pengobatannya dan tidak diperbolehkan untuk menghentikan pengobatan tanpa konsultasi dengan dokter.
Program NLR
Terdapat 3 program utama yang dilakukan NLR untuk menangkal hoax yang beredar dan memberikan ilmu atau pemahaman kepada masyarakat tentang Kusta. 3 program utama tersebut adalah:
- Menghentikan transmisi
- Mencegah terjadinya kecacatan, dan
- Menurunkan STIGMA negative
Ketiga program utama tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyakit Kusta. Bahwa Kusta itu bisa desembuhkan dengan pengobatan yang cukup lama. Jadi sebelumnya harus membesarkan hati pasien dan dilakukan dengan perlahan-lahan. Mengubah pola pikir pasien yang awalnya minder, merasa tidak normal, dan memberikan boost agar menjadi individu yang lebih positive.
Saya berharap untuk semua media-media lain bisa lebih berpihak kepada isu marginal dengan menyampaikan pesan positive, membangun dan mengedukasi. Bukan melihat dari kacamata sebelah pihak; dr. Febrina Sugianto.
Seperti pesan yang diharapkan oleh dr. Febrina sendiri, bahwa kusta itu bisa disembuhkan dan bukan penyakit menular hanya dengan sentuhan saja atau bahkan kutukan. Itu semua adalah Hoax yang harus diluruskan di antara masyarakat. Sehingga pasien bisa percaya diri dan mau berobat dan percaya, bahwa mereka bisa sembuh.
Hindari sikap dan tindakan diskriminasi terhadap penderita Kusta dan support mereka untuk menjalani pengobatan! Semoga angka-angka kasus penderita Kusta di Indonesia dapat menurun dengan adanya informasi yang tepat dari Gaungan Kusta di Udara yang tersebar di banyak media.
Tetap sehat untuk Indonesia sehat!!
Bersyukur informasi tentang kusta ini sangat banyak dan masiv akhir-akhir ini, semoga menjadi ikhtiar untuk menangkis info-info hoaks yang beredar tentang kusta ini
BalasHapussemoga hoaks tentang kusta segera sirna ya mb dengan gaung literasi tentang kusta ini. semoga stigma masyarakat juga terhapuskan..
BalasHapusUntung aja baca artikel yang dibuat Mom Fadmala ini, jadi tau beda jenis penyakit kusta beserta pengobatannya, semoga para warga jadi lebih aware dan nggak malu untuk berobat ya Mom :'/
BalasHapusTerkadang hoaxs itu karena kurangnya penyebaran informasi yg benar,, mudah mudahan dgn adanya program ini info hoaxs tadi bisa ditangkal sejak dini
BalasHapusKeterbatasan informasi ditambah cerita-cerita tahyul membuat ketakutan tersendiri. Syukurlah sekarang sudah banyak pemahaman di sebar luaskan, pelan-pelan memperbaiki mindset masyarakat
BalasHapusSemoga gaung literasi kusta mendukung percepatan eliminasi kusta di Indonesia ya mbak..
BalasHapusSedih liat pasien yg sampai cacat
Bener juga, mungkin selama ini masih minim informasi yang valid tentang Kusta sehingga isu-isu tentang penyakit kusta masih saja kuat di masyarakat. Aku sendiri baru tahu ternyata tak seburuk yang diisukan ya ..semoga informasi yang valid dan supportif semakin tersebar di masyarakat.
BalasHapusIa benar, diskriminasi ini menjadi sumber penyakit tambahan bagi penderita, padahal mereka butuh dikuatkan
BalasHapusKusta emang menakutkan banget ya, apalagi saat belum tahu info lengkapnya. Alhamdulillah sekarang sudah bisa ditangani dengan lebih mudah.
BalasHapusTernyata kusta di Indonesia masih tinggi juga ya mbak, Meski ada penurunan dari tahun lalu. Informasi ini bikin kita lebih aware nie.
BalasHapusHarus banget banyak edukasi yang seperti ini agar masyarakat semakin paham ya mbaa
BalasHapuswah artikel ini masuk kategori menurnrunkan stigma ya mbak, aku suka karena edukatif, nah berarti kalo bersentuhan dg mereka yang menderita kusta gpp ya mbak,..
BalasHapusKeren, Mbak. Edukasi seperti ini perlu banget digalakkan. Masih banyak info simpangsiur bahkan hoax terkait penyakit ini ya...
BalasHapusAlhamdulillah, ngikutin juga obrolannya. Sedih banget karena penyakit jadoel ini masih ada dan belum berhasil dieliminasi.
BalasHapusIya nih, jadi ingat tetanga waktu kecil dulu, sekeluarga dikucilkan. Akhirnya pas sudah sekolah jadi tahu kan penyakit yang disebabkan bakteri bisa disembuhkan asal telaten proses pengobatan. Jadinya aku tetep gaul sama mereka.
BalasHapussemoga gaungnya bisa sampe ke plosok-plosok ya mba supya hooaxnya bisa dihindari, dan penderita kusta bisa berkurang banyak
BalasHapus